Terjerat Tempurung Kardus
Ombak di sungai bergelombang
Mengalami pasang pesat
Terkocak-kocak…..
Bagai angin bertaburan debu
Pedih di mata………
Melihat wanita terkapar di jalan-jalan
Menggendong anaknya
Sambil memungut sisa-sisa selilit ampas
Aku bertanya, kemana suaminya ?
Melihat wanita menyuntik-nyuntik dagingnya diruang kotor
Ketika ia hendak keluar, cacian menghiasi
Seakan manusia menghukum bagaikan Tuhan
Kurus tubuhnya, terpenuhi lalat-lalat berkoreng
Sebenarnya hatinya menangis
Semua karena terjepit ekonomi
Aku bertanya, bagaimana sih suaminya ?
Melihat wanita terpontang-panting
Membawa gombyokan beban di bahu
Menghidupi boneka-boneka manis
Aku bertanya, kemana suaminya ?
Melihat wanita terkesot-kesot dalam dapur
Dengan gombal kusam ….
Sambil meninabobokkan buah hati
Sedang tangan lainnya mengelus-elus lantai dan masakan
Sedang suaminya bercakap riau di depan teras
Sedang suaminya ngorok sepuasnya
Melihat wanita tak boleh kesana-kesini
Tak boleh begitu-begono
Satu dua tiga, salah
Empat lima enam, harus menyelesaikan semua pikulannya
Geser sedikit durhaka
Turuti suamimu
Sedang suami seenaknya
Wanita-wanita remaja
Menapaki kaki di jalan
Di goda grandong ……
Tetapi budaya menyalahkan sang bunga
Wanita tak boleh keluar malam
Keluar jauh……
Jaga diri baik-baik
Berpenampilan, bercakap, berperilaku sopan
Sedang mereka tak mengerti kepentingan yang melebihi nyawa
Sedang mereka tak mengerti makna psikologi
Sedang mereka membiarkan laki-laki dengan seenaknya
Sedang sang mendayu terjerat dalam tempurung kardus
Melihat wanita……
Ketika di majlis taklim
Beberapa tempat masih saja primitif
Laki-laki depan
Perempuan belakang
Laki-laki bodoh pemimpin
Perempuan secerdas apa nomer dua
Laki-laki butuh gizi
Perempuan seadanya
Menyaksikan
Terasa pedas, nyesek ke hati
Bayangkan saja?
Fenomena alam setan selalu penuh imajinasi
Terasa penat memikirkannya
Trauma………
Para oknum agama berkata
“Tiada bias gender”
Sedang nyatanya berbanjiran
Para oknum budaya berkata
“Itu memang posisi wanita”
Betapa mereka gila
Para oknum ilmu pengetahuan berkata
“Kami melawannya”
Sedang dia meninggalkan Tuhan
Seakan belum ku temukan pencerahan
Kebenaran mutlak
Sedang aku oknum apa ?
Apa aku seorang agnostik ?
Bukan……..
Aku beragama islam ?
Apa aku seorang beragama ?
Masih aku pertanyakan……..
Yang jelas aku percaya kekuatan Tuhan
Sang maha kasih……..
Jawablah tentang sengatan kabut syair ini
Begitu kejamnya terhadap mawar
Begitu terombang-ambing yang mana kedamaian
Kawan………
Melati……….
Puisi ini tergores
Menjadikan saksi ketidak adilan kehidupan
Tentang waktu…
Sadarlah sobat
Lakukan perubahan
Atau engkau buta
Membiarkan semua menjalar
Atau jangan-jangan tertidur pulas belum mengintip bahwa perempuan terjajah
Peradaban sebagai penjajah
Tulungagung, 9 September 2016
(Merupakan isi dari terbitan karya buku solo pertama Saya antologi puisi, berjudul "AKU ADALAH BUNGA KAKTUS"
Owner, Founder, CEO
= 085704703039
Customer Service
DUKUNG SITUS INI YA PEMIRSA, SUPAYA KAMI SEMANGAT UPLOAD CONTENT DAN BERBAGI ILMU SERTA MANFAAT.
DONASI DAPAT MELALUI BERIKUT INI =
0481723808
EKA APRILIA.... BCA
0895367203860
EKA APRILIA, OVO
0 Response to "Terjerat Tempurung Kardus"
Post a Comment