(Bisnis Komunikasi Jaringan), "Solusi Kerjasama!"

Eca Sang Fajar, Penyelidik Kenakalan Remaja!

Kenakalan Remaja


Penulis_@Ratu Eka Bkj 

CEO, Owner, Founder “EKA BKJ” 



BAB 1

Diskusi Kenakalan Remaja Fenomena Klitih


Dalam kesunyian malam, aku tak mau hanya termangu sendirian. Memandangi cahaya matahari yang mulai redup, hingga angin menyusup. Lalu, menghabiskan waktu sendirian di balik selimut. Ku rasa semakin pengap dengan kesendirian, dan kayaknya itu bukan aku banget deh. 


Yang perlu kalian tahu, secapek apapun Eca menikmati uapan kopi menjadi jadwal wajib. Sambil melihat lalu lalang, suasana malam di kota Jogja. Apalagi, mengobservasi alias kepo dengan apa yang sedang diperbincangkan orang di tongkrongan. Informasi yang lagi terkini banget. 


Mengamati gerak-gerik psikologi berbagai manusia. Memaknai pergeseran trend zaman. Sepertinya, memang menjadi menu utama bagi aku. Karena, jiwa pengamat aku yang terus meronta-ronta gitu loh Guys! Kebutuhan mengamati, riset yang memang jadi kewajiban bagi seorang Penulis Media. Maka sepulang kerja dan istirahat sebentar, aku bakalan pergi ke angkringan.


“Aduhhhh, sore-sore gini kos-kosan mana sepi banget dah. Boring aku. Ngopi ae kali yoooo.” Ungkap Eca sendirian, mengeluhkan suasana sepi yang membosankan sehabis rebahan di kamar. 


Eca pun bergegas untuk mengangkat tubuhnya, bersiap-siap untuk pergi ke angkringan. Tentunya, ngopi cari inspirasi. Biasanya sih sambil bawa laptop, hitung-hitung entar kalau dapat inspirasi sambil ditulis gitu. Kan lumayan bisa jadi konten penulisan, alias karya. Iya nggak Guys!  


“Ugghhh, krepek. Aduh enak banget badan nih.” Sambil memoletkan tubuhnya ke kiri dan ke kanan sampai berbunyi.


“Aku siap-siap dulu ae kali yooo, terus cuss ke angkringan Mbok Jah.” Eca pun langsung menarik handuk dan pergi ke kamar mandi. 


********


Suasana ramai, gemerlap lampu jalan, suara musik, lalu lalang orang ngopi sudah di pelupuk mata. Setelah beberapa menit, Eca persiapan dan perjalanan menuju lokasi. Akhirnya, sampai juga di angkringan Mbok Jah. Setelah pesen kopi dan camilan, aku pun bergegas cari tempat duduk. Eh nggak sengaja, malah terdengar suara orang yang lagi ngebahas soal trend kenakalan remaja. Aku pun bergegas, ikut nimbrung.


“Hey, kayaknya seru nih bahasannya. Boleh nggak aku ikut nimbrung nih?” ucap Eca.

“Boleh kok, sini aja” sahut mereka serentak. 

“Kenali nama aku Eca” aku pun menjabat tangan mereka, sambil memperkenalkan diri.

“Nama aku Farel” sambil menjabat tanganku dan tersenyum manis.

“Aku Nisa” sambil menjabat tanganku.

“Aku Joni” sambil menjabat tanganku.


Setelah perkenalan, kita pun terlihat cepat akrab dengan mengalir begitu saja. Semacam sudah kenal lama, bestie gitu. Disambung dengan perdiskusian, soal kenakalan remaja yang makin mengerikan. Salah satunya yang lagi trend di Jogja adalah, fenomena Klitih. 


“Eh eh, itu kek mana sih Guys ceritanya soal Klitih. Aku kok kepo yooo” tanyaku dengan raut wajah penasaran.

“Ngene lho Ca, iku baru-baru ini kenakalan remaja makin aneh-aneh wae. Mosok nganu, anak-anak podo seneng kluyuran malam sambil gowo senjata tajam ngono” jawab Nisa.

Itu senjata tajam enggak cuman dibawa loh Ca, jadi mereka selalu mencari mangsa untuk dibunuh. Terutama, orang-orang pendatang baru atau bukan penduduk asli Jogja biasanya yang akan mereka incar” jelas Farel. 

“Nah, iyo iku Ca. Semacam pembunuhan berencana yang dilakukan anak-anak remaja pada malam hari, ngono lho” sahut Nisa lagi.

“Iyo bener ngeri banget iku. Lagi trend kui Ca nek Jogja. Sliramu kok belum update soal iku?” Sahut Joni menegaskan.

“Sorry Guys, agak kudet ya sama fenomena di Jogja. Oz, aku masih baru merantau di Yogyakarta sini. Belum ada satu bulan sih, ngono.” terang aku menjelaskan. 

“Oke Ca, nggak masalah” sahut Farel.

“Oh ya, aku boleh nggak nanggepin fenomena ini dalam perspektif analisa saya?” tanya aku ingin menganalisis fenomena ini.

“Boleh banget dong Ca” serentak jawab mereka.

“Kalau menurut analisa saya, ditinjau dari perspektif psikologi dan teologi. Fenomena kenakalan remaja seperti Klitih, itu berhubungan dengan masalah mental dan kekeringan spiritual. Bisa jadi mereka berasal dari keluarga yang broken home, kurang kasih sayang, penuh tekanan. Terdapat alam bawah sadarnya di masa lalu, bahwa mereka mengalami kekerasan dari orang tuanya atau bullying teman. Selain itu, bisa jadi alam bawah sadarnya dipengaruhi oleh tontonan-tontonan yang menayangkan anarkisme. Sehingga, masuk ke dalam memori dan muncul sebagai pengaruh tindakannya di usia remaja. Apalagi, sifat seorang yang berada pada perkembangan anak-anak dan usia remaja itu punya rasa penasaran tinggi. Terlebih, juga mempunyai sifat bawaan suka mengcopy tindakan yang pernah dilihatnya. Ditambah, kondisi qalbu-nya yang mungkin sedang kering nilai-nilai religius. Jauh dari Tuhan, sering gelisah, merasa gabut. Sehingga, bertindak tanpa akal pikiran yang jernih.” penjelasan aku, mengenai analisis bisa terjadinya kenakalan remaja termasuk Klitih.

“Sepakat banget, analisis dan pendapat yang cerdas kon iku Ca” tanggapan Farel.

“Aku juga sepakat, mantap banget Ca lengkap analisisnya” tegas Nisa juga sepakat.  

"Wis ngono kuiii, angeeelll angel wissss  Masszzzeeehhh😀" tandas Joni dengan ekspresi lucu dan quote yang banyol itu.

"Wkwkwk🤣🤣🤣" serentak kita pun ketawa bersama.

"Joni-Joni kon iku meski ngono, banyol mulu' kerjaannya😁🤦" sahut Farel.

"Koyo ndak apal watak Joni aja sampean" terang Nisa menegaskan. 

"Kan malah lucu ngono lho Guys, dia Joni mencairkan suasana. Kon emang asik cen Jon😁" ucap ku menyahuti.

"Kandani kok, Masszzzeeehhh dana kenakan wis cair budalke😂" banyol Joni lagi.


***********



BAB 2

Mencurigai Sekelompok Remaja Jangan-Jangan Akan Melakukan Fenomena Klitih, Ternyata Cuman Janjian Mau Perang Sarung


Hari ini cukup melelahkan di tempat kerja, karena lagi lembur. Tapi, meskipun begitu aku tetap antusias dan senang menjalani karir. Pasalnya, memang Eca merupakan cewek karir yang mencintai profesinya secara full. Nggak heran, meskipun harus pulang malam tetap dijabanin. Demi dedikasi dan kecintaannya di dunia penulisan konten media.  


"Ngggeeengggg, husssss" suara starter motor Eca berjalan untuk pulang kerja, tepatnya malam hari jam 8. 


Nggak sengaja di tengah jalan, Eca melihat sekelompok anak-anak remaja yang mencurigakan. Aku pun mendadak berhenti sejenak. Karena, rasa penasaran terhadap segerombolan mereka yang sedang nongkrong di pinggir jalan. Rupanya, sekelompok remaja tersebut terlihat seperti aneh gerak-geriknya dan perlu diselidiki. Aku curiga, bahwa mereka akan melakukan fenomena Klitih seperti yang pernah kita diskusikan di angkringan Mbok Jah kemarin. Aku pun diam-diam memantau perbincangan mereka.


“Rupamu koyok ngono bro, opo nggak adus?” terdengar suara anak cowok berbaju coklat, bertanya ke teman di sampingnya.

“Nguawur wae sliramu kuwi, ngene-ngene wis adus noh” jawab si anak cowok berbaju hijau.

“Helleh, biasane piye ora tau adus now” sahut teman di sampingnya lagi, yang berbaju merah.

“Wis-wis jok berantem soal adus wae kowe-kowe iku. Mendingan, kita bahas ki piye rencana sesok bro?” anak cowok berbaju biru menengahi. 

“Janjian sing endi to bro?” tanya anak cowok berbaju hijau.

“Helleh dasar loading dul dul, kowe mesti kok getiiiiiiiing aku. wkwkwk🤣🤣🤣” jawab anak cowok berbaju merah menyahuti dengan bercanda.

“Muesstii ngono cah iku, wis nggak adus, lola lagi. wkwkwk🤣🤣🤣” sahut anak cowok berbaju coklat ikut canda.

“Uwis ojok dibully wae, ngono-ngono bestie kita lho bro. Piye kih soal rencana kita Perang Sarung dengan grup sebelah bro. Rakyo jadi now?” anak cowok berbaju biru menengahi lagi, dan lanjut bertanya soal rencana mereka.

“Owalah iku, yow mesti jadi. Mengko kita kontak cah kono” jawab anak cowok berbaju merah.

“Siapne sarunge karo mentale” sahut anak cowok berbaju coklat. 

“Tapi-tapi bro, aku wanti-wanti, jok sampai melukai lho. Perang sarung sing ngati-ngati wae, kalem wae. Meski bedho grup kita paseduluran.” jelas anak berbaju hijau menasehati.

“Nggeh calon Ustadz yang jarang mandi wkwkwkwk🤣🤣🤣” serentak jawab temannya sambil bercanda.


Setelah aku mengamati mereka, dan mendengarkan percakapannya secara diam-diam. Ternyata, sekelompok remaja tersebut tidak mau melakukan fenomena Klitih. Namun, meraka cuman mau ngadain Perang Sarung dengan grup sebelah. Tapi ingat Guys, budaya mainan ini sebenarnya kurang tepat jika dilanjutkan. Takutnya, kalau melukai lawannya. Lebih baik, untuk diganti dengan budaya bermain yang lebih ramah anak. Namun, jika dilakukan dengan pelan-pelan dan tetap menjaga adab masih bisa ditoleransi. 


******



BAB 3

Anak Cowok Baju Hijau Dinasehati Orang Tuanya, Supaya Tidak Ikut Pergaulan yang Rusak 


Masih ingat dengan anak cowok berbaju hijau, yang di tongkrongan pinggir jalan sama ketiga temannya itu nggak Guys? Pernah diselidiki oleh Eca dan dicurigai mau melakukan Klitih, ternyata dugaan itu tidak benar. Setelah diamati perbincangan mereka, nyatanya keempat anak tersebut akan Perang Sarung. Nah, kali ini si anak yang dipanggil teman-temannya dengan sebutan “Calon Ustadz yang jarang mandi”. Ternyata, dia mempunyai nama Fauzan. 


Dia sedang berada di rumah dengan orang tua dan keluarganya. Sedang mengadakan makan malam, sambil menikmati obrolan yang hangat. Diselipi juga dengan canda gurau, yang makin mencairkan suasana. Eh, tiba-tiba Ibu si bocah tersebut malah membahas soal fenomena pergaulan yang rusak. Sehingga, menasehati anaknya supaya tidak terjerumus ke jalan tersebut. 


“Hayok iku makane dihabiskan ngoten tho le” tegur si Ibu, kepada anaknya.

“Layow durung mari maeme kok ape nandi sliramu le?” sahut Bapaknya.

“Mboten Bu Pak, niki cuma mau mendet HP” jawab Fauzan bocah berbaju hijau itu.

“Hadduh, makan-makan kok yow masih sambil main game wae” sahut Kakaknya menyindir.

“Sopo yokan main game, ora kok. Mas kiw ngadi-ngadi. Rakyo sliramu Mas sing gawene maen game, Adike yo melu now.” protes Fauzan kepada Kakaknya.

“Hadduh, wis podo wae Mas karo Adike kok yo” sahut Bapak.

“Iyo pacen anakmu kuwi mbok’an Pak diaturi ngono. Mboten angsal main game secara over, bahaya gawe mental le. Koyo fenomena sing lagi banyak kenakalan remaja ngono kae lho. Koyo to: Fenomena Klitih, Tawuran, Pergaulan Bebas, dan semacamnya. Rakyo dipengaruhi songko sing mbok tonton lan mainke game ngono. Ibu mirsani mainan game mu koyok mengandung anarkisme ngono le” jelas Ibu menasehati.

“Iyo, iku dikurangi maen game’e. Mendingan sinau kono le, opo dolan karo kancane nyang alon-alon refreshing" sahut Bapaknya.

"Tapi le, lok main karo kancane sing ngati-ngati. Sing sae-sae wae. Ojo gelem dijak pergaulan sing rusak. Ndak pareng ngono kui merugikan orang lain dan diri sendiri. Dosa ngoten niku Gusti mboten seneng nek nakal nggih" tegas Ibu menasehati lagi.

"Nggih Bu kulo ngati-ngati kok, sing sae-sae mawon kulo kaleh rencang" jawab Fauzan.


*******



BAB 4

Eca Melihat Keempat Anak Remaja Itu Lagi di Angkringan, Ternyata Mereka Mau Merencanakan Tawuran Tapi Fauzan Menolak Untuk Ikut


Seperti hari-hari biasanya. Jika penat dan ingin melepas lelah, maka Eca pasti pergi ke angkringan Mbok Jah. Pada malam yang hening dalam sanubari. Namun, riuh dalam realitas bisingnya alunan suara kendaraan lalu lalang. Eca menikmati langkahnya menuju tempat ngopi. Sampai lokasi, nggak sengaja dia melihat keempat anak remaja tongkrongan kemarin. Eca pun masih mempunyai rasa penasaran terhadap gerak-gerik rencana mereka. Sekaligus, lumayan bisa jadi bahan inspirasi buat konten media. Setelah beli kopi dan jajanan, dia cari tempat duduk yang bisa memantau dan mendengarkan percakapan mereka.


"Eitttssszzz, duduk disini kayaknya cocok. Lumayan kedengaran suara mereka, apalagi aku punya alat canggih pemantul suara" gumam Eca sendirian, menyiapkan penyelidikannya kepada keempat anak remaja tersebut.


Betul banget, Eca emang punya alat pemantul suara yang biasanya dipegang oleh para Penyelidik. Jadi, walaupun agak jauh tapi dengan alat tersebut suara orang yang disoroti akan terpantul keras di dalamnya. Nguping obrolan mereka pun dimulai.


"Kopimu enak ora kie calon Ustadz yang jarang adus, wkwkwk🤣🤣🤣" ucap anak cowok berbaju coklat mengawali percakapan dengan candaan.

"Muesti sliramu lok ketemu njengkelake aku, ngertio bro" jawab Fauzan anak cowok berbaju hijau.

"Calon Ustadz yang jarang mandi, ndak pareng baper. Baper niku duoosa, jarene mboten angsal marah wkwkwk🤣🤣🤣" anak cowok berbaju merah ikut menyahuti candaan.

"Muesti, kalian lok ketemu diawali ejek-ejekan terus kepada bestie-nya. Kie piye rencana kita selanjutnya wae bro?" anak berbaju biru menengahi dan melanjutkan pertanyaan.

"Rencana opo maneh jane? Kok tiap ngopi selalu rencana, mbok yo kita nikmati ngopine ngono lho. Jare Bapak'ku refreshing ngono" jawab Fauzan.

"Helleh, anak Mama mesti quote nyokap bokap yang mbok gowo dul dul" sahut anak berbaju merah.

"Oh yo, langsung poin wae. Rencana selanjutnya aku kepengen ngajak kowe-kowe kabeh, kanggo tawuran ambek anak grup sebelah. Mergo aku duwe dendam karo cah-cahe. Piye kalian gelem nggak?" sahut anak berbaju coklat, menjelaskan rencana selanjutnya.

"Wadduh, lok iku ngapunten aku ndak purun. Jare Ibu ku mboten sae, mboten pareng ngono kui merugikan diri sendiri dan orang lain. Gusti mboten suka kaleh tindakan macam ngono. Aku nggak melu, moh dosa." jawab Fauzan tegas menolak ajakannya.


Setelah penolakannya tadi, Eca melihat Fauzan bergegas pergi. Semacam meninggalkan teman-temannya. Dia tidak mau terlibat dengan tindakan anarkis seperti Tawuran. Fauzan ingat pesan Ibunya, untuk tidak terjebak pada pergaulan yang rusak. Karena, tindakan itu dibenci Gusti dan berdosa. Serta, bisa merugikan kita dan orang lain. 



KERJASAMA BISNIS, Mulai Klik Hubungi Kami via Whatshap 
0895367203860 
Owner, Founder, CEO
= 085704703039 
Customer Service

DUKUNG SITUS INI YA PEMIRSA, SUPAYA KAMI SEMANGAT UPLOAD CONTENT DAN BERBAGI ILMU SERTA MANFAAT.

DONASI DAPAT MELALUI BERIKUT INI =


0481723808

EKA APRILIA.... BCA


0895367203860

EKA APRILIA, OVO



0 Response to "Eca Sang Fajar, Penyelidik Kenakalan Remaja! "

Post a Comment

Iklan Dalam Artikel

Iklan Adnow

Iklan Tengah Artikel 2

Adnow